Public Discussion Series
Fikih Maqasid di Aceh
Speaker:

Dr. Mursyid Djawas, M.HI 

Dosen pada Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Ar-Raniry

Jum'at, 02 December 2016 | 16.30 - 18.00 WIB | Ruang Seminar ICAIOS
 
About PDS:
Kajian tentang maqasid al-syari'ah di Aceh sebenarnya sudah ada sejak abad ke-17 M ketika Aceh masih dalam bentuk kerajaan yang ditandai dengan munculnya fuqaha' yang membangun fikihnya aas dasar bangunan fikih maqasid. Namun demikian, akibat kurangnya perhatian terhadap perkembangan fikih di Aceh mengakibatkan munculnya anggapan bahwa fikih maqasid merupakan kajian yang baru khususnya di Aceh dan umunya di Indonesia. Kalau kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akan terjadi missing link kehidupan fikih yang selama ini begitu dinamis dalam kehidupan di Aceh dengan bangunan dasar fikihnya adalah maslahah/fikih maqasid. Kajian ini diarahkan untuk mengkaji secara kritis perkembangan fikih maqasid di Aceh sehingga dapat menyingkap penerapan maqasid al-syari'ah di Aceh dengan tentu saja mengungkap hasil ijtihad mereka yang dibangun atas dasar maqasid al-syari'ah. Kajian ini dikaji dengan pendekatan doktriner-yuridis-normatif dan pendekatan historis dengan menggunakan penelitian kepustakaan.
Dari pembahasan ini, ditemukan bahwa maqasidal-syari'ah sudah diaplikasikan sejak masa kerajaan di Aceh pada abad ke-17 M. Hal ini dapat dilihat pada diskursus tentang kepemimpinan wanita dan harta hareukat (yang merupakan cikal bakal lahirnya konsep harta bersama dalam hukum perkawinan di Indonesia). Dalam konteks kekinian, penerapan fikih maqasid dapat dilihat pada beberapa ide brillian dalam beberapa qanun dan praktek masyarakat tentang pelaksanaan syari'at Islam yang mencakup; konsep khalwat sebagai langkah preventif atas maraknya zina, penerimaan hasil tes DNA sebagai alat bukti pengganti 4 orang saksi kesaksian zina, perlindungan terhadap perempuan melalui uqubat cambuk terhadap jarimah pelecehan seksual dan uqubat cambuk bagi jarimah pemerkosaan serta praktik hukum waris satu banding satu di sebagian wilayah Meulaboh.