Rangkang Manyang XVI: Penulisan Sejarah Publik, Sejarah Lisan & Photovoice

Rangkang Manyang XVI

 

PENULISAN SEJARAH PUBLIK, SEJARAH LISAN & PHOTOVOICE

Rangkang Manyang ini bertujuan untuk memperkenalkan metode sejarah publik, sejarah lisan, dan photovoice untuk menuliskan sejarah kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh dari bawah ke atas selama dan setelah tsunami, dan untuk mempersiapkan peserta dalam praktik pengumpulan data dan pembangunan arsip.

Membangun memori dalam masyarakat pascabencana tidak hanya terjadi di masa lalu, namun juga di masa depan dengan mendokumentasikan proses pemulihan, rekonstruksi dan solidaritas serta bagaimana masyarakat mengalami transformasi akibat bencana.

Proses mengingat kehilangan dan kematian merupakan cara penting bagi masyarakat untuk mengatasi kesedihannya dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Saat ini, sejarah publik dan sejarah lisan secara aktif digunakan di seluruh dunia untuk mengingat cerita dan narasi penderitaan dan trauma demi tujuan keadilan sosial, hak asasi manusia, dan transformasi sosial.

Rangkang Manyang ini juga akan memperkenalkan metode pengumpulan data visual yang disebut photovoice, sebuah metode penelitian tindakan partisipatif di mana para pemimpin masyarakat lokal serta para ahli menemukan dan mengumpulkan data mengenai isu-isu lokal.

Rencana materi pelatihan: (1) Pengenalan sejarah masyarakat, konsep dan tujuan sejarah masyarakat dan sejarah lisan; (2) Memori dan Sejarah Publik; (3) Metodologi sejarah lisan; (4) Metodologi suara foto (photovoice); (5) Penyajian sejarah lisan + pengumpulan data berbasis fotosuara; (6) Membangun arsip untuk para professional; (7) Pedoman etika dan masalah hukum.

Fasilitator: Profesor Yunjeong Joo
Sosiolog, Guru Besar Sosiologi, Universitas Nasional Pusan, Peneliti Utama Penelitian PNU SSK – ICAIOS tentang ‘Living with Slow Disaster’. Profesor Joo telah meneliti dan mengajar di bidang sosiologi, hak asasi manusia dan juga mengkhususkan diri dalam penelitian kualitatif, sejarah lisan. Ia telah mewawancarai banyak korban dan penyintas pelanggaran hak asasi manusia untuk arsip sejarah lisan. Monografnya " Invisible Histories: The Resistance and Solidarity of the Blind" (Sejarah Tak Terlihat: Perlawanan dan Solidaritas Orang Buta) diakui sebagai buku akademis yang sangat baik oleh National Academy of Sciences pada tahun 2020. Ia juga menjabat sebagai penasihat ahli di Administrasi Warisan Budaya Korea.

Waktu: Jum’at & Sabtu, 5 – 6 Januari 2024

Tempat: Ruang Seminar Anthony Reid, ICAIOS, Darussalam

Peserta

Akademisi, peminat penulisan sejarah, peneliti, mahasiswa pascasarjana, pegiat CSO, jurnalis, penggerak masyarakat, dan mahasiswa tahun terakhir semua bidang keilmuan.

Jumlah peserta akan dibatasi maksimal 15 orang.

Pendaftaran: bit.ly/rangkangmanyangXVI

Biaya Pendaftaran

   Mahasiswa: Rp 100.000,-

   Perwakilan Lembaga: Rp 200.000

   Umum (Lainnya): Rp 300.000

Peserta akan mendapatkan:
- Makan siang
- Snack dan kopi 2x sehari
- e-Sertifikat

Narahubung: Rifani Nasron / rifani.nasron@acehresearch.org