portalsatu.com - 16 February 2016 16:00
BANDA ACEH - Tiga kelompok etnik bersenjata (Ethnic Armed Organizations- EAOs) Myanmar, menyambangi markas Partai Aceh Pusat di Banda Aceh, Selasa, 16 Februari 2016. Kedatangan kelompok etnik bersenjata Karen ini untuk mempelajari damai Aceh yang sudah berlangsung selama 10 tahun.
Kelompok yang berasal dari etnik Karen ini adalah kelompok bersenjata yang sudah menandatangani perjanjian gencatan senjata nasional (National Ceasefire Agreement, NCA) Myanmar. Mereka terdiri dari Karen National Union/Karen National Liberation Army (KNU/KNLA), Democratic Karen Benevolent Army (DKBA), dan Karen National Union/Karen National Liberation Army Peace Council (KNU/KNLA PC). Dalam kunjungan ini, kelompok bersenjata terdiri dari 15 pejabat tinggi dan sayap militer kelompok Karen. Mereka dipimpin langsung oleh Jenderal Isaac Po, dan didampingi oleh staf dari Center for Peace and Conflict Studies bekerjasama dengan lembaga riset International Center for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS).
Sementara dari PA hadir Drs. Bakhtiar Yahya, H. Yusra T. Cut, Hj. Cut Fatma Dahlia, dan Haspina Hanafiah, SE. Juru Bicara Partai Aceh, Suadi Sulaiman, yang ikut serta dalam pertemuan menyampaikan beberapa hal kepada kelompok etnik bersenjata Karen.
"Kita dari Partai Aceh menyampaikan bahwa, proses perdamaian itu butuh keseriusan dan keikhlsan serta waktu untuk bisa menyamakan pandangan terhadap perdamaian dan menghentikan pertikaian," kata pria yang akrab disapa Adi Laweung ini kepada portalsatu.com.
Pihak Partai Aceh turut memberikan dukungan moral dan membagi pengalaman kepada mereka yang berkaitan dengan perdamaian.
"Baik pengalaman saat awal dimulainya perdamaian, maupun saat kita membentuk Partai Aceh sebagai wadah bagi seluruh mantan kombatan dan seluruh rakyat Aceh untuk melanjutkan perjuangan," ujarnya.
Menurut Adi Laweung, seiring ditandatanganinya proses perdamaian antara Pemerintah Indonesia dengan pimpinan politik tertinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mantan kombatan diamanahkan untuk mendirikan satu partai politik sebagai kenderaan politik untuk melanjutkan perjuangan yang belum selesai.
"Begitu Partai Aceh lahir di Aceh, sambutan rakyat secara menyeluruh juga sangat luar biasa, sehingga para mantan kombatan dan rakyat Aceh bekerjasama dengan baik untuk bisa memenangkan setiap kontestan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah di Aceh, termasuk untuk 2017 mendatang. Dukungan inilah yang kita mencoba sharing dengan tim Karen Myammar," kata Adi Laweung.
Dia mengatakan hasil kunjungan kelompok etnik bersenjata etnik Karen ini sangat bagus dan berkesan. Apalagi menurut Adi Laweung momen ini adalah bertemunya dua kesatuan, yang mempunyai nasib sama.
Adi mengatakan PA dalam pertemuan itu turut mendorong kelompok bersenjata etnik Karen untuk bisa berdamai dengan peerintahnya. "Termasuk suku-suku lain di Myammar yang belum ingin berdamai untuk bisa berdamai. Perjuangan sejati adalah perjuangan yang bisa menghasilkan tujuan suatu perjuangan itu dengan tidak jatuh korban," kata Adi Laweung melalui pesan singkatnya.[](bna) [Source]