Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Subur Dani | Feb 16, 2016, 22:57 WIB
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Tiga kelompok etnik bersenjata api (senpi) dari Myanmar mengunjungi Aceh, sejak Senin (15/12/2016). Kedatangan mereka guna mempelajari proses perdamaian yang telah terwujud di Aceh, setelah konflik berkecamuk puluhan tahun lamanya.
Ketiga kelompok bersenjata itu merupakan kelompok bersenjata yang telah menandatangani perjanjian genjatan senjata nasional (National Ceasefire Agreement) dengan PemerintahMyanmar.
Ketiganya adalah, Karen National Union/Karen National Liberation Army (KNU/KNLA), Democratic Karen Benevolent Army (DKBA), dan Karen National Union/Karen National Liberation Army Peace Council (KNU/KNLA PC).
Senin (15/2/2016) para delegasi yang berjumlah 17 orang itu beraudiensi dengan Wali Nanggroe, Tgk Malik Mahmud Alhaythar di Kompleks Keistimewaan Aceh di Banda Aceh. Dalam audiensi itu, mereka bertanya seputar perdamaian Aceh. Wali Nanggroe, Tgk Malik Mahmud Alhaythar dalam kesempatan itu memaparkan sejarah konflik yang berkecamuk di Aceh. Ia juga bercerita banyak terkait proses perdamaian Aeh yang semula diinisiasi pada tahun 1999 dan difasilitasi oleh Henry Dunant Centre.
“Proses itu tidak mulus, ada rintangan-rintangan. Hingga pada akhirnya baru terwujud pada 2005 dalam sebuah perundingan di Helsinki, Finlandia,” kata Malik Mahmud.
Hari ini, Selasa (16/2/2016), para delegasi juga berkunjung ke kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Aceh (DPP PA). Kunjugan itu guna mempelajari soal pembentukan partai lokal di Aceh setelah perdamaian antara Aceh dan Pemerintah Indonesia. Dijadwalkan rombongan ini juga akan beraudiensi dengan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah beserta sejumlah tokoh yang terlibat dalam proses perdamaian di Aceh. [Source]