Public Discussion Series
Membangun Kesadaran Kritis di Sekolah Kita :
Mengapa dan Bagaimana?
Mengapa dan Bagaimana?
Speaker:
Fatma Susanti
Pengajar Kewarganegaraan di SMA Lab School Unsyiah
Jum'at, 28 October 2016 | 16.30 - 18.00 WIB | Ruang Seminar ICAIOS
About PDS :
Menurut Freire, tujuan utama dari pendidikan adalah “memanusiakan manusia kembali” dan membuka mata peserta didik guna menyadari realitasnya untuk kemudian bertindak melakukan transformasi sosial. Proses pembelajaran pun harusnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang bertujuan untuk mengenali dan menjawab permasalahan sosial yang ada. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar tidak lebih dari sekedar melanggengkan status quo dan sistem yang ada sekalipun bersifat eksploitatif. Hal ini membuat pembelajar teralienasi dengan realitasnya sendiri, sehingga sangat sulit diharapkan untuk mampu melakukan refleksi kritis dan transformasi terhadap sistem yang ada, meski telah memperoleh pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi sekalipun.
Pendidikan formal sebagai lembaga yang yang memiliki seluas-luasnya panggung untuk mempertajam kesadaran, perspektif, dan refleksi atas prinsip-prinsip pembebasan dan kemanusiaan dianggap belum memenuhi fungsi yang diharapkan. Pendidikan sebagaimana dipraktekkan di sekolah-sekolah tak jarang justru menjadi pelanggeng proses dehumanisasi. Terutama dalam konteks sosial politik, pendidikan formal tetap saja belum mampu membongkar kebudayaan diam dimana masyarakat dibuat tunduk dan taat sedemikian rupa akibat relasi kuasa, sehingga masyarakat tidak bisa atau berani mempertanyakan keberadaannya, dan pada akhirnya cenderung menerima keberadaan itu secara fatalistis.
Kita membutuhkan praktik-praktik baru atas aktivitas-aktivitas pendidikan yang melahirkan kesadaran akan realitas secara kritis dan humanis, pendidikan yang membebaskan dan meretas budaya diam, yang membongkar sistem usang dan eksploitatif, yang mampu melakukan transformasi sosial politik secara nyata, pendidikan yang membongkar relasi otoriter dan feodal dalam proses-proses pembelajaran. Bagaimanakah praktek nyata dalam ikhtiar menghadirkan pendidikan kritis di sekolah? Majelis diskusi ini akan berbagi pengalaman yang telah dilaksanakan serta mencari gagasan baru dalam menumbuhkan pendidikan kritis di ruang-ruang sekolah kita di Aceh.
Menurut Freire, tujuan utama dari pendidikan adalah “memanusiakan manusia kembali” dan membuka mata peserta didik guna menyadari realitasnya untuk kemudian bertindak melakukan transformasi sosial. Proses pembelajaran pun harusnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang bertujuan untuk mengenali dan menjawab permasalahan sosial yang ada. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar tidak lebih dari sekedar melanggengkan status quo dan sistem yang ada sekalipun bersifat eksploitatif. Hal ini membuat pembelajar teralienasi dengan realitasnya sendiri, sehingga sangat sulit diharapkan untuk mampu melakukan refleksi kritis dan transformasi terhadap sistem yang ada, meski telah memperoleh pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi sekalipun.
Pendidikan formal sebagai lembaga yang yang memiliki seluas-luasnya panggung untuk mempertajam kesadaran, perspektif, dan refleksi atas prinsip-prinsip pembebasan dan kemanusiaan dianggap belum memenuhi fungsi yang diharapkan. Pendidikan sebagaimana dipraktekkan di sekolah-sekolah tak jarang justru menjadi pelanggeng proses dehumanisasi. Terutama dalam konteks sosial politik, pendidikan formal tetap saja belum mampu membongkar kebudayaan diam dimana masyarakat dibuat tunduk dan taat sedemikian rupa akibat relasi kuasa, sehingga masyarakat tidak bisa atau berani mempertanyakan keberadaannya, dan pada akhirnya cenderung menerima keberadaan itu secara fatalistis.
Kita membutuhkan praktik-praktik baru atas aktivitas-aktivitas pendidikan yang melahirkan kesadaran akan realitas secara kritis dan humanis, pendidikan yang membebaskan dan meretas budaya diam, yang membongkar sistem usang dan eksploitatif, yang mampu melakukan transformasi sosial politik secara nyata, pendidikan yang membongkar relasi otoriter dan feodal dalam proses-proses pembelajaran. Bagaimanakah praktek nyata dalam ikhtiar menghadirkan pendidikan kritis di sekolah? Majelis diskusi ini akan berbagi pengalaman yang telah dilaksanakan serta mencari gagasan baru dalam menumbuhkan pendidikan kritis di ruang-ruang sekolah kita di Aceh.