Dr. Saiful Mahdi
Head of Department of Statistics Unsyiah
Senior Program Assistant of ICAIOS
Fullbright Scholar & Alumnus of Cornell University, USA
Aceh memiliki indikator yang mengkhawatirkan untuk berbagai tahap kehidupan manusia Aceh. Kita ambil beberapa ilustrasi dari masa kelahiran hingga dewasa. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi di Aceh adalah yang tertinggi di Sumatra, dan salah satu yang tertinggi di Indonesia. Setelah itu, 40-43% balita di Aceh mengalami stunting (cebol) yang menunjukkan adanya masalah gizi buruk. Aceh adalah satu-satunya provinsi di wilayah Indonesia bagian barat yang masuk dalam 10 provinsi terburuk di Indonesia untuk kategori prevalensi gizi buruk atau kurang dalam Riset Kesehatan Dasar 2013.
Beranjak ke tingkat usia dewasa, dengan tingkat pengangguran 9,93%, Aceh adalah provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia (Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2015). Persentase penduduk miskin di Aceh yang mencapai 17,11% pada September 2015 juga lebih tinggi dari persentase nasional sebesar 11,22% (Badan Pusat Statistik, 2016).
Data-data tersebut hanyalah sebagian dari berbagai indikator yang mengkhawatirkan untuk Aceh. Mirisnya, itu semua terjadi di tengah melimpahnya dana! Apa artinya? Ada sesuatu yang salah hingga itu semua terjadi. Jika hal tersebut terus berlanjut maka Aceh rentan dengan berbagai “tsunami” baru. Tsunami dalam bentuk gelombang besar kebodohan, kejumudan, kekerasan, penyakit, kemiskinan, kekumuhan, dan seterusnya. Apa yang perlu kita lakukan? Mari kita bahas bersama Jumat ini di ICAIOS.