- Penulis By Redaksi penapost Sunday, 16 November 2014 | 9:08 AM
Banda Aceh | Pena Post-Lembaga kajian Internasional Conference on Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), memastikan sebanyak 17 negara siap menghadiri conference tersebut yang berlangsung sejak 15 hingga 19 November, di Banda Aceh dan dilanjutkan dengan tour return ke Kota Sabang pada 20 November nanti.
Demikian diungkapkan Direktur ICAIOS, Saiful Mahdi, kepada wartawan, Minggu, 16/11, dalam jumpa pers dengan sejumlah media cetak, elektronik dan online, di Grand Nanggroe Hotel, Lueng Bata, Banda Aceh.
Hadir dalam kesempatan itu, ketua panitia ICAIOS, Anton, penanggungjawab ilmiah, Teuku Zulfikar. Keduanya berasal dari UIN Ar-Ranirry, Kota Banda Aceh.
Dikatakan dia, conference tersebut akan dibuka langsung gubernur Aceh, Zaini Abdullah, di Anjong Mon Mata, Banda Aceh pada Minggu malam nanti dan dihadiri tamu belasan negara.
“Pembukaannya akan dilakukan langsung oleh Gubernur Aceh, nanti malam di anjong mon mata,” ujarnya.
Ia menyebutkan, 17 negara yang menghadiri conference itu meliputi, Jepang, Singapure, Australia, Thailand, Srilangka, India, Miyanmar, Kanada, Malaysia, Kamboja, Swedia, Inggris, Amerika Serikat, Philipina, Portugal, Banglades dan Selandia Baru, sebutnya.
Dijelaskan dia, conference dimaksud tentang kajian seputar Aceh yang dilihat dari berbagai aspek. Benang merah pertemuan tersebut, lanjut dia soal konflik, bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang meluluhlantakkan bumi Aceh akhir desember 2004 lalu, budaya, sejarah dan lingkungan.
“Sebagian dari kegiatan tersebut sudah berlangsung. Dalam conference ini kita juga akan meneliti dampak bantuan rumah-rumah pasca bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami,” terangnya.
Pihaknya menargetkan jumlah peserta dalam conference tersebut mencapai 350 orang, dari kalangan mahasiswa Aceh dan luar Aceh antar negara serta kalangan umum.
“Sejauh ini 300 peserta sudah mendaftar dan ini kesempatan emas untuk kita masyarakat Aceh dalam memperoh ilmu pengetahuan dari pakar-pakar di dunia. Sebab, mereka lebih banyak mengetahui tentang sejarah Aceh,” sebutnya menuturkan. [Source]