PDS #58 : Religion and 'Double-Edged' Social Capital in Disaster Recovery in Indonesia
Public Discussion Series
Capital in Disaster Recovery
in Indonesia
Muhammad Riza Nurdin
HASS, UNSW Canberra
| Prof. Anthony Reid Seminar Room, ICAIOS |
Muhammad Riza Nurdin is a PhD Candidate at School of Humanities and Social Sciences, the University of New South Wales, Australia. His research interests are Sociology and Anthropology of religion with particular focus on the intersection between Islam, development and humanitarianism. Riza obtained his BA in Islamic Studies and Arabic from Al-Azhar University, Egypt, and Master in Southeast Asian Studies at the University of Passau, Germany. Riza is former Program Manager at ICAIOS.
About PDS:
This study examines the roles of Faith-Based Organisations (FBOs) and their social capital formation in post-disaster Indonesia. To what extent FBOs along with other disaster management agencies, can contribute to providing economic recovery aid in post-disaster Indonesia? In what way are FBOs able to create positive social capital or produce adverse results from social capital formation in the affected society?
Read more: PDS #58 : Religion and 'Double-Edged' Social Capital in Disaster Recovery in Indonesia
Study Visit by Participants of New Colombo Plan, University of Western Sydney
On 29-11-2017 to 02-12-2017, ten undergraduate students from Western Sydney University majoring in Humanitarian and Development Studies accompanied by their two lecturers, Dr Zulfan Tadjoeddin and Dr Nichole Georgeou visited Banda Aceh to learn about the emergency, rehabilitation and Aceh’s redevelopment in the context of the 2004 Indian Ocean tsunami and the conflict. Under the program named The New Colombo Plan they also visited Jakarta and Yogyakarta as part of the learning about humanitarian and development practices in Indonesia. This study tour was supported by Australian government.
The participants interacted with humanitarian and development practitioners and experts from local and international government and non-government organisations, discussed firsthand the national and international responses to natural disasters, observed and analyzed the legacies of humanitarian and development intervention, and participated in critical evaluations of lessons learned.
Read more: Study Visit by Participants of New Colombo Plan, University of Western Sydney
Rektor UIN Ar-Raniry Terima Tim ICAIOS dan ARICIS
[ICAIOS]- Rektor UIN Ar-Raniry, Prof. Farid Wajdi Ibrahim, menerima tim pengurus ICAIOS-ARICIS di ruang kerjanya, Selasa (16/01/2018). Audiensi ini dihadiri oleh beberapa akademisi UIN Ar-Raniry, Direktur ICAIOS dan staf, serta timpanitia konferensi Ar-Raniry Internasional Conference on Islamic Studies (ARICIS). Turut hadir pula Wakil Rektor bidang Akademik UIN Ar-Raniry, Dr. Muhibbuthabry.
Dalam audiensi ini, Direktur ICAIOS, Dr.T. Zulfikar memaparkan bahwa maksud tim ICAIOS dan ARICIS bertemu dengan Rektor UIN Ar-Raniry selain untukbersilaturrahmi sekaligus juga membicarakan konferensi ICAIOS-VII yang akan digelar pada tahun 2018 bersamaan dengan konferensi ARICIS-II di UIN Ar-Raniry. Dr. Zulfikar juga mengatakan, ada dua opsi pemilihan waktu yang tepat untuk penyelenggaraan konferensi tersebut, yakni di bulan Agustus atau di bulan Oktober 2018. Karena pada bulan-bulan tersebut bertepatan dengan ulang tahun UIN Ar-Raniry dan perayaan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) di Banda Aceh.
Pada kesempatan ini Prof.Warid Wajdi menyambut baik rencana pelaksanaankonferensi dua tahunan ICAIOS VII dengan ARICIS-II yang diselenggarakan di UIN Ar-Raniry. Beliau menambahkan, tema-tema yang dibahas sebaiknya mengangkat isu-isu yang berkembang pada saat ini, seperti isu radikalisme dan intoleransi dalam agama.
Read more: Rektor UIN Ar-Raniry Terima Tim ICAIOS dan ARICIS
Vitamin C untuk Penggemar MedSos
By : Rizanna Rosemary
PhD candidate in Health Communication di Department of Media and Communication,
Faculty of Arts and Social Science, University of Sydney, Australia
Sejak kapan netizen butuh vitamin, khususnya vitamin C; dan apa kaitannya dengan media sosial? Barangkali demikian pertanyaan pembaca saat membaca judul tulisan ini.
Sebelum bicara hubungan vitamin C dengan media sosial atau medsos, jawaban penulis tentang vitamin C cukup sederhana. Sebagaimana yang sakit butuh obat dan vitamin untuk proses penyembuhan, yang tidak sakit pun perlu vitamin untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuhnya. Nah, vitamin C yang dimaksud dalam tulisan ini boleh jadi berbeda secara bentuk dengan vitamin yang dikonsumsi dua kelompok tersebut diatas. Tapi yang penulis maksud adalah sama secara sifat dan fungsi dengan definisi vitamin sebagai suplemen yang biasa dikonsumsi orang untuk membantu proses pertumbuhan dan perbaikan jaringan dalam tubuhnya.
Sayangnya, analogi tersebut barangkali tidak sesederhana ketika berbicara tentang dunia media online atau medsos yang penuh warna dan dinamika. Khususnya bicara tentang perilaku penggunanya—netizen, yang semakin hari membuat kita terbelalak; antara terpana karena kagum akan cepat dan banyaknya informasi yang diperbincangkan dan dipertukarkan netizen, atau sebaliknya terganggu dengan berbagai jawaban dan komentar penggunanya yang terkadang provokatif dan mengandung kebencian.